Aplikasi Youtube Digugat Karena Rusak Mental Remaja

Aplikasi Youtube Digugat Karena Rusak Mental Remaja

Sebuah sekolah di Amerika Serikat mengajukan gugatan kepada beberapa media sosial dan aplikasi streaming dengan tuduhan merusak mental generasi muda. Dalam gugatan tersebut tercantum nama aplikasi Youtube, Snapchat, Instagram, Facebook, dan TikTok.

Pihak penggugat dalam hal ini adalah Seattle Public School membuat pengajuan gugatan pada hari Jumat, 06 Januari 2023 lalu ke Pengadilan Amerika Serikat. Mereka mengklaim bahwa semua aplikasi telah mengeksploitasi pengguna untuk menghabiskan waktu lebih lama di platform tersebut.

Dengan demikian, generasi muda menjadi sangat betah dan senang untuk bermain sosial media. Jika terjadi terus-menerus, maka akan berpotensi untuk merusak mental banyak anak. Oleh karena itu, semua aplikasi yang tergugat harus memberikan solusi efektif demi mencegah hal negatif itu terjadi.

Gugatan Untuk Aplikasi Youtube

Gugatan Untuk Aplikasi Youtube

Gugatan dengan tebal 91 halaman telah diajukan ke Pengadilan Distrik Amerika Serikat. Adapun alasannya yaitu semua aplikasi tergugat mengeksploitasi sifat adiktif dari pengguna media sosial yang menyebabkan peningkatan rasa cemas, pengaruh untuk menyakiti diri sendiri, hingga depresi.

Puluhan juga siswa di seluruh dunia tercatat sebagai pengguna dan penyalahgunaan media sosial. Kesalahan para terdakwa adalah faktor substansial yang mengakibatkan terjadinya krisis mental bagi para remaja.

Berbagai konten berbahaya tersebar dan mudah untuk ditemukan. Misalnya, diet ekstrem, dorongan untuk menyalahkan atau menyakiti diri sendiri, dan masih banyak lagi. Pada tahun 2009 hingga 2019, tingkat laporan depresi siswa meningkat sebanyak 30%.

Hal tersebut pun berakibat pada penurunan prestasi dalam studi siswa. Mereka menjadi kurang semangat untuk pergi ke sekolah, tertarik untuk mencoba narkoba, bersikap tidak baik, dan lain sebagainya.

Seattle Public School menyebutkan bahwa dampak negatif sosial media dapat mempengaruhi secara langsung kemampuan sekolah untuk memenuhi misi pendidikannya. Jadi, selain para generasi muda, pihak sekolah pun akan dirugikan.

Undang-Undang Komunikasi Amerika Serikat (CDA) bagian 230 menyebutkan bahwa setiap platform online tidak bertanggung jawab atas konten yang diunggah oleh pihak ketiga.

Akan tetapi, gugatan mengklaim bahwa aturan itu tidak melindungi perusahaan penyedia layanan untuk merekomendasikan hingga mendistribusikan konten yang berisi informasi yang membahayakan. Dalam hal ini, aplikasi Youtube dan lainnya telah berkontribusi untuk menyebarkan konten negatif.

 

Seorang pakar dan kritikus juga banyak mengungkapkan keluhan yang sama terkait penyalahgunaan media sosial. Frances Haugen, Meta whistleblower pernah bersaksi kepada Kongres bahwa beberapa konten yang terdapat di Facebook memang berbahaya untuk anak-anak.

Selain itu, Bryn Austin, pakar gangguan makan pernah menulis sebuah artikel Harvard pada tahun 2021. Dalam artikel tersebut tertera bahwa konten media sosial dapat membawa remaja ke “jaringan yang berbahaya.” Masalah itu pun membuat legislator mengusulkan Online Safety Act (KOSA).

Tanggapan Atas Gugatan

Atas gugatan yang telah diajukan, 2 perusahan yang terkait pun memberikan respon. Mereka menjelaskan terkait layanan atau fitur yang tersedia dan fungsinya masing-masing. Nah, adapun tanggapannya secara lengkap seperti berikut.

  • Google

Google

Juru bicara Google mengungkapkan bahwa pihaknya telah banyak menyediakan fasilitas yang aman bagi anak-anak di semua platformnya. Bahkan, terdapat fitur-fitur khusus yang diciptakan untuk memprioritaskan kesejahteraan para generasi muda.

Misalnya, Family Link. Google memberikan akses kepada orang tua untuk bisa mengatur waktu pengingat, memblokir konten tertentu, hingga membatasi waktu layar. Dengan demikian, anak-anak mereka jadi terhindar dari informasi yang berbahaya atau mengandung hal-hal negatif.

  •  Meta

Meta

Sementara itu, Meta sebagai induk dari Facebook dan Instagram juga memberikan tanggapannya. Perusahaan tersebut mengakui bahwa telah mengembangkan lebih dari 30 fitur yang berfokus pada perlindungan anak dan keluarga.

Misalnya, fitur yang memungkinkan orang tua untuk membatasi jumlah waktu anaknya saat bermain Instagram. Selain itu, juga terdapat teknologi yang membutuhkan verifikasi usia untuk mengakses konten-konten tertentu.

Bahkan, Instagram baru-baru ini merilis Quiet Mode yang dibuat khusus untuk remaja agar mengurangi aktivitas di platform miliknya. Jika mode tersebut diaktifkan, maka seluruh notifikasi akan tidak akan diterima atau masuk ke pengguna.

Pihak Instagram akan memberikan saran penggunaan mode pada pada malam hingga pagi hari tepatnya pukul 10 PM – 7 AM. Meskipun demikian, pengguna tidak akan kehilangan informasi karena aplikasi secara otomatis akan membuat ringkasan pemberitahuan dan membagikan ke pengguna.

Selain itu, Meta juga menjelaskan bahwa perusahaannya akan terus bekerja sama dengan para ahli, orang tua, maupun pembuat kebijakan untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.

Seattle Public School mengajukan gugatan kepada aplikasi Youtube, Snapchat, Instagram, Facebook, dan TikTok dengan tuduhan merusak mental generasi muda. Meta dan Google memberikan respon bahwa platformnya telah menyediakan berbagai fitur untuk menghindari hal tersebut.

6 Daftar Pelatih Sepakbola Indonesia Terbaik Previous post 6 Daftar Pelatih Sepakbola Indonesia Terbaik, Siapakah Dia?
Hore Video Youtube Short Masuk Daftar Monetitasi Next post Hore! Video Youtube Short Masuk Daftar Monetitasi